Aku dan Kamu 28 Juli, 2009
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: aku, kamu, puisi, sajak
6 comments
Aku itu
gue banget.
Kamu itu
loe banget.
Masak kau tak tahu aku?Kutahu yang kumau
Tahukah kau apa yang kumau?
Kautahu yang kau mau
Tahukah aku apa yang kaumau?Aku dan kau
suka dikau
Kau dan aku
sukakah aku? (lebih…)
Keindahan Sejati 19 Juli, 2009
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: indah, sajak, sejati, semu
1 comment so far
Sejenak aku merenung // Termangu dalam syahdu // Heran, gundah, insyaf // Bercampur menjadi satu.
Aku bertanya pada diriku // Sisi terdalam didalam kalbu // Tahukah engkau // Apa yang kau inginkan?
Aku bertanya lagi // Menelisik kedalam diri // Tahukah engkau // Hakikat keindahan?
Rupa, rona, warna // Apakah itu keindahan?
Aku tetap duduk termangu // Menelisik ke dalam kalbu // Aku pejamkan kedua mataku // Coba mencari setitik cahaya // Dalam hati yang sedang bimbang. (lebih…)
Gelegak Jiwa 16 Juli, 2009
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: gelegak, jiwa, sajak
add a comment
Diatas padatan aspal // Aku geber kuda besiku // Berdiri diatas pelana // Raung, raung, raung // Gelegak jiwaku meluap // Tumpah hilang tersapu angin.
Diatas hamparan tanah // Aku kejar si kulit bundar // Kuhempaskan siapa menghalang // Aku menendang keras-keras // Gelegak jiwaku meluap // Tumpah hilang tersapu keringat.
Aku ingin berteriak // Hingga putus urat leherku // Hingga pecah hawa nan sunyi // Aaakkhh, aaakkhh // Gelegak jiwaku meluap // Tumpah hilang tersapu hawa.
Kugelengkan kepalaku // Kuhembuskan nafas nan dalam // Terasa berat desahannya // Terasa sesak rasa di dada // Gelegak jiwaku meluap // Tumpah hilang tersapu udara. (lebih…)
Permata Tak Bernama 15 Juli, 2009
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: permata, sajak
add a comment
Dalam untaian sajakku ini, saya tak kuasa untuk mengurangi penyebutan kata ’permata’. Entah berapa kali saya menyebut kata tersebut dalam sajakku yang satu ini. Saya rasa, ini adalah sebuah bukti betapa pentingnya permata dalam kehidupan.
Kulihat banyak permata // berwarna-warni bak pelangi // berkilau-kilau diterpa cahaya // menampakkan keindahannya.
Bertebaran di tengah padang // beraneka ragam warnanya // kemerahan, kecoklatan, kekuningan // indahnya pun berbeda-beda.
Duhai permata // Meski engkau hanya batu // Namun engkau begitu indah // Meski indahmu tak pernah sama.
Kuambil sekeping uang // Aku hitung, tidak banyak // Aku teringat pada permata // Bisakah aku mendapatkannya // dengan sekeping uang ini? (lebih…)
Tertinggal Gerak Masa 26 Juni, 2008
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: masa, puisi, sajak, waktu
add a comment
Engkau terus berjalan // Engkau terus melangkah // Engkau selalu bergerak maju // Engkau pantang untuk mundur.
Wahai masa // jangan bergerak cepat-cepat // Aku sering tertinggal darimu // Bergeraklah pelan-pelan saja // Biar aku bisa mengejarmu.
Tapi kenapa engkau membisu // dan seolah tak mau tahu // Engkau terus saja bergerak maju // tanpa pernah peduli aku. (lebih…)
Pertempuran dalam Diri 26 Juni, 2008
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: jiwa, nafsu, pertempuran, puisi, sajak
add a comment
Tak pernah berhenti bergolak // bergemuruh dan menggelegak // didalam dada setiap jiwa // itulah musuh didalam diri // yang tak pernah kenal menyerah.
Kapankah ia menyerah // ditengah pertempuran yang sunyi // sementara jiwa terus saja berjuang // dengan amunisi-amunisi yang ada.
Dia berkata // Aku takkan pernah menyerah // sampai engkau menyerah // Sampai dimanakah batas kekuatanmu, wahai jiwa yang terus melawan? (lebih…)
Rindu Keabadian 3 Desember, 2007
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: abadi, fana, kehidupan, puisi
2 comments
Awalnya aku tak pernah berpikir. Tentang kefanaan dan keabadian. Tentang yang semu dan yang abadi.
Tapi semenjak satu momen. Yang amat menggurat di hatiku. Aku pun jadi tersadar dan paham. Akan arti kehidupan. (lebih…)
Melintasi Kampung Muslihat 3 Desember, 2007
Posted by abdurrosyid in Sajak-sajakku.Tags: kekal, musafir, muslihat, puisi
add a comment
Aku tak tahu. Tiba-tiba saja aku berada. Di tepian kampung yang penuh misteri. Yang membuatku mengerutkan dahi. Dan menarik kuat rasa keingintahuanku.
Lamat-lamat kudekati kampung itu. Dan kumasuki kampung itu sejengkal demi sejengkal. Kulihat didalamnya penuh dengan tipuan. Di tangan para penyihir dan tukang sulap. Yang amat piawai menciptakan berbagai muslihat. (lebih…)