Hati-hati Tidak 100% Menjamin Keselamatan 26 Oktober, 2008
Posted by abdurrosyid in Sejauh Aku Melangkah.Tags: jatuh, kecelakaan, keselamatan, motogp, musibah, tawakkal
trackback
Beberapa hari yang lalu, ketika saya sedang naik motor menuju ke kantor, tiba-tiba ada sesuatu yang menyambar leher saya. Ketika itu saya merasa bahwa sesuatu itu adalah benang layang-layang. Pada waktu yang sama, saya mendengar seorang wanita di tepi jalan menjerit sangat keras, tentu karena melihat peristiwa yang saya alami. Karena kejadian tersebut sama sekali tidak terduga, saya pun tidak bisa mengambil antisipasi dan respon apapun juga. Saya hanya bisa ‘mengikuti sunnah Allah’. Sesuatu itu terseret oleh leher saya mengikuti laju motor saya, namun tidak jauh kemudian tegangan yang keras dari sesuatu itu memaksa saya terjatuh dari motor saya, ke arah sisi kanan.
Layaknya seorang pembalap MotoGP, saya langsung bangkit berdiri. Saat itulah saya baru sadar bahwa sesuatu yang tadi menjerat leher saya ternyata bukan benang layang-layang, namun kabel telepon berwarna hitam yang sangat kasar karena berpenampang segiempat. Ada pekerjaan pemasangan atau penggantian kabel telepon oleh beberapa pekerja, dan saya rasa kabelnya mungkin tiba-tiba jatuh melintang jalan, setinggi leher saya.
Saya hanya merasakan sedikit panas dan pedih pada leher. Lagi-lagi seperti seorang pembalap MotoGP, sehabis berdiri saya langsung membangunkan motor saya lalu menunggangi kuda besi itu lagi, dan hreengg… saya langsung berangkat lagi. Saya pikir, saya berbakat jadi pembalap, habis jatuh langsung tancap gas lagi.
Sesampai di kantor, beberapa kawan saya bilang,”Kenapa antum nggak minta uang ganti rugi?” “O ya, kenapa ya kok nggak sampai kepikiran.” Mungkin saya memang tipikal orang yang terlalu mudah memaafkan orang, bahkan yang telah menyakiti saya (meski dalam kasus ini saya yakin tidak ada unsur kesengajaan, but it was ‘kelalaian’ dan ‘keteledoran’ para pekerja itu).
Dari peristiwa yang saya alami diatas, ada satu hal yang bisa saya pahami. Yakni, seseorang yang terkena musibah atau bahkan dijemput oleh kematian, tidaklah selalu akibat dari ulah dan perbuatan orang itu sendiri. Dalam kejadian yang saya ceritakan tadi, saya melaju tidak terlalu kencang dengan motor saya. Kecepatan wajar lah. Terjadinya kecelakaan itu sepenuhnya (jika bisa dibilang begitu) adalah akibat kelalaian dan keteledoran para pekerja pemasang kabel telepon itu.
Karena itu, kendati seseorang sudah sangat waspada dan hati-hati, bukan jaminan bahwa dia tidak akan mengalami suatu musibah atau kecelakaan. Memang kewaspadaan dan kehati-hatian akan memperkecil peluang terjadinya musibah dan kecelakaan, tetapi tidak menolaknya seratus persen. Disinilah tempat bagi seseorang untuk bertawakkal dan meminta perlindungan kepada Allah.
Saya sendiri sangat bersyukur bahwa kejadian yang saya alami itu tidak berakibat terlalu parah. Semoga itu adalah salah satu bentuk perlindungan Allah kepada saya. Adapun mengenai terjadinya itu pada diri saya, benar-benar saya harapkan sebagai kafarah (penghapus) dosa-dosa saya. Karena bukankah tidak ada seorang mukmin pun yang ditimpa musibah kecuali Allah – dengan kehendak-Nya – akan menghapus dosa mukmin tersebut? Amin.
alhamdulillah masih diselamatkan-Nya. antum emang kayak valentino rosi atau kayak ‘komeng yamaha’, wusssss…. di jalan yg lurus lagi sepi, tapi kita mesti hrs hati2 akh.
Wah.. Kayak bneran.. Ya..